Langsung ke konten utama

#menulis hujan, menunggu pelangi part 18



                                                               On Juli 05th 2015


Dalam linang air mata
Dalam ratap rindu ditengah suara sang #hujan
Dalam kesendirian
Ingin kutitipkan salam cinta pada ayah dan ibu
yang setia mendekapku saat #hujan itu turun
(PUISI HUJAN DI BULAN JUNI)

Mereka, SANG JUARAKU #My Parents #My Loves #My Papa #My Mama #Umi #Abi. Sudah berapa usiakah mereka? Aku tak pernah bertanya. Segala wajah senja di mereka, aku sering melupakan. Padahal jutaan kebahagian telah diberikan kepadaku. 

Mereka SANG JUARA
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al Isra(17):23)

Aku tenyata lupa dengan itu. Apakah lebaran kali ini, aku dapat sungkem dan mengucapkan,” Umi..Abi…maafkan segala salah dan khilaf anakmu ini. Anakmu yang selalu melupakan arti kebaikanmu. Anakmu yang tak mau mengerti kemauanmu.”

Aku lupa hak-hak mereka. Aku lupa, aku ada dan bertahan hari ini; meraih segalanya; adalah doa-doa dalam sujud mereka. Aku ingin pulang, melihat airmata senjamu. Aku ingin pulang mendekapmu di hari kemenangan ini, Idul Fitri. Sebab, tak ada lagi waktu sebahagian ini. Aku rindu Nasi bambu buatan kau #Umi, yang kau asapkan sehingga asapnya menghitam di baju dan wajahmu. Aku rindu angpaumu #Abi, walau ku tau itu isinya adalah uang terakhir di sakumu. Kau #Umi #Abi pelestari semangatku. Pembakar optimisku. Hadirmu hidupkan suram jiwaku. Moga perayaan kita nantinya akan dikabulkan Tuhan; Allah SWT segala pemberi. 

Namun, bila aku tidak dapat bertemu dengamu #Abi #Umi. Semoga surat ini bisa kau #Abi #Umi membacanya di tempat lain; Firdaus. Dengan segala doa, Moga Allah SWT membuat kau -Raja dan Ratu- di SurgaNya.

Ambon, di lorong waktu; 18 Ramadhan 1436 H.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melasti dan kem (Bali) ke Kuta

Bersama rinduku walau kita jauh, kasih Suatu saat di Kuta Bali (Andre Hehanusa) Penggalan lagu mantan band Katara Singers tersebut sangat memukau. Semukau pesona yang ada di pantai Kutanya. Namun ada sesuatu yang membuat indah Bali selain pantainya, yaitu budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Bali sangat melekatkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari.  Sejak turun dari pesawat, nuansa keBalian telah menyambut kita. Para porter bandara menyapa ramah dengan balutan pakaian safari berwarna merah dengan udeng kepalanya. Hal yang paling sakral yang saya dengar juga bahwa di Bali, tinggi gedung tidak boleh melebihi tingginya Pura. Bukan masalah mitos, bahkan jembatan penghubung Jawa-Bali tidak bisa disetujui lantaran karena hal tersebut. Khazanah yang sama, saya temukan di Kuta juga yaitu Melasti. Upacara pensucian diri ini sangat menarik simpati pengunjung termasuk saya. Itulah daya pikat Bali selain gadis-gadisnya yang anggun layaknya gadis solo.  Prose...

soal 2

 

soal 1