Beberapa jam sebelum saya menulis tulisan ini, saya berkontemplasi akan sudah sejauh aku dan KAMMI saling mengisi, saling menguatkan, saling menyelaraskan. Disini saya menemukan sebuah catatan panjang yang sangat ironis. Manakala aku dan KAMMI dihantui perasaan bersalah terhadap gabungan mimpi membangun bangsa ini. Ternyata ada sebuah patahan nilai yang membelenggu. Saya namakan sebagai presepsi ide dan realita. Tak dipungkiri, KAMMI mempunyai cita-cita panjang. Tapi tidak sepanjang usia pemimpinya. Cita-cita panjang tersebut akan mengalami perlambatan atau kematian manakala para kadernya yang berkutat pada hal-hal yang tidak subtantif. Meminjam Kalimat Murabbi saya, "akh, antum jangan enjoy dengan kondisi tentatif. Peradaban-perabadan besar dunia, Romawi, Persia, Mesir, Cina hanya dibangun dengan semangat penaklukan dan akhirnya hanya ada kebenciaan. Sementara perabadan Islam pada hakikatnya didasari atas dasar cinta dan kebermanfaatan bagi orang lain. Makanya, fitrah rahmata...