Langsung ke konten utama

Menunggu Takdir

Takdir, bukan kita yang menggenggam
Tak ada mata yang saling merekam, tau
Untuk itu, jangan putus asa,
La Tahzan... Dia dalam arterimu.

Petiklah Kecapi,
Biarkan nadanya membenarkan fakta,
Jangan buta atau tuli,
Karena kedatangan takdir butuh kematangan prima.

Atau,
Kita bisa bersajak kepada Matahari,
Jangan panggil malam terlalu cepat,
Malam hanya meninggalkan kegelapan,
Biarlah siang berhari-hari,
Agar datangnya takdir bisa kita rasa.

Tapi, takdir itu takdir,
Ikatlah dengan doa,
Ia-nya akan datang,
Dan berpeluk jiwamu,
Dan kau tidak menyangka-nyangka.

Ambon, 18/04/2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal 2

 

Melasti dan kem (Bali) ke Kuta

Bersama rinduku walau kita jauh, kasih Suatu saat di Kuta Bali (Andre Hehanusa) Penggalan lagu mantan band Katara Singers tersebut sangat memukau. Semukau pesona yang ada di pantai Kutanya. Namun ada sesuatu yang membuat indah Bali selain pantainya, yaitu budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Bali sangat melekatkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari.  Sejak turun dari pesawat, nuansa keBalian telah menyambut kita. Para porter bandara menyapa ramah dengan balutan pakaian safari berwarna merah dengan udeng kepalanya. Hal yang paling sakral yang saya dengar juga bahwa di Bali, tinggi gedung tidak boleh melebihi tingginya Pura. Bukan masalah mitos, bahkan jembatan penghubung Jawa-Bali tidak bisa disetujui lantaran karena hal tersebut. Khazanah yang sama, saya temukan di Kuta juga yaitu Melasti. Upacara pensucian diri ini sangat menarik simpati pengunjung termasuk saya. Itulah daya pikat Bali selain gadis-gadisnya yang anggun layaknya gadis solo.  Prose...

soal 1