Langsung ke konten utama

Suatu Saat Di Sunday

Hari itu, kanvas cakrawala berdetup,
Membuka pagi dengan semburan merah saganya,
Perahu-perahu nelayan berarak-arak masuk ke gelombang,
Ombak beningnya menenggelamkan keringat,
Dari jauh, tepukan baling-baling melambaikan tangan kepada pantai yang ditinggalkan,
Wahai pasir, karang-karang, mangge-mangge bantu doakan.
Hiburlah tasi dan kail-kail dengan dengunan syair Malahayati.

Sekirannya suara tak retak,
aku akan bernyanyi diiringi palung laut serta lelamu nae-nae badang,
Menarikan ikan-ikan paranga yang telah pergi jauh.

Tapi, cuaca tak lagi menggembirakan,
Hujan telah membakar ombak,
Ujung-ujung ombak berubah menjadi mata pisau,
Tipis tajam menguburkan papan-papan perahu,
aku baru sadar, ternyata yang pulang ialah kafan putih bapakku.

O...restu Allah, segalanya.
Ini Sunday, tak ada lagi uang beli Nasi Kuning di Mama Imam.

aku onggokan lilin lepuh yang terasir dalam bayangan bunga Bakung.

Ambon,  08 Juli 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal 2

 

Melasti dan kem (Bali) ke Kuta

Bersama rinduku walau kita jauh, kasih Suatu saat di Kuta Bali (Andre Hehanusa) Penggalan lagu mantan band Katara Singers tersebut sangat memukau. Semukau pesona yang ada di pantai Kutanya. Namun ada sesuatu yang membuat indah Bali selain pantainya, yaitu budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Bali sangat melekatkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari.  Sejak turun dari pesawat, nuansa keBalian telah menyambut kita. Para porter bandara menyapa ramah dengan balutan pakaian safari berwarna merah dengan udeng kepalanya. Hal yang paling sakral yang saya dengar juga bahwa di Bali, tinggi gedung tidak boleh melebihi tingginya Pura. Bukan masalah mitos, bahkan jembatan penghubung Jawa-Bali tidak bisa disetujui lantaran karena hal tersebut. Khazanah yang sama, saya temukan di Kuta juga yaitu Melasti. Upacara pensucian diri ini sangat menarik simpati pengunjung termasuk saya. Itulah daya pikat Bali selain gadis-gadisnya yang anggun layaknya gadis solo.  Prose...

soal 1