Langsung ke konten utama

Responsilbity of Literacy

Bersyukur, Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk hidup dan bernafas. Kesempatan syukur itu ditandai dengan senantiasa menebar kebermanfaatan dalam bentuk apapun. Itulah makna ibadah.
Tak terkecuali dengan menulis. Setiap kita harus menyadari bahwa tiap-tiap aktivitas merupakan ibadah. Menulis salah satu ibadah sosial. Menulis mengantarkan kita pada sebuah ruang nalar dan kewahyuaan.
Sementara, take and give merupakan inti dari sebuah interaksi sosial, ujungnya memperkuat relasi keberkahan. Karena, menulis bisa dikatakan perkawinan antara ide dan manusianya.
Membersamai rekan-rekan DPMF Fisip Unpatti kemarin sebagai narasumber kurang lebih satu jam lima belas menit, seakan mengingatkan kembali daya juang sebagai mahasiswa tingkat strata satu. Aula FISIP yang didinginkan AC, nafas-nafasnya menggigilkan tubuh, bukan pikiran ya:)
Saat paparan materi berakhir, dibukalah babak pertanyaan oleh moderator. Ada kekagumanku pada mereka. Sekiranya, kegiatan ini seakan mencairkan kebekuan rumah akademik yang serba formal dan "mempabrikan robot". Ladang dialetika bagaikan padi yang tak ladangi bertahun-tahun, kuning-menguning dan tanahnya pecah-pecah, gersang tak bersubur tanamannya.
Sementara, pengambil kebijakan berputar-putar pada mekanisme birokrasi yang serba full regulasi. Tetapi, naluri merasai jiwa oleh anak muda kampus senantiasa mencari bentuk jati dirinya.
Apalagi anak muda Maluku. Sejarah Maluku telah melahirkan Siwabessy sebagai tokoh sains nasional. Masih banyak biografi lainnya yang patut diikuti oleh kita. Sebutlah Latuharhary, Said Perintah,  A. M. Sangadji, Leimena, dsb.
Disela itu, adanya fenomena gen-Milenial yang akan merajai dunia kerja, mengharuskan anak muda Maluku harus excited dan mampu berpikir out the box, guna menghindari kekaguman sesaat serta menaikkan kualitas diri, dan mendinamisasikan kebekuan masa.
Inilah yang akan merubah kegersangan akademik yang berabad-abad belum bisa menawarkan kebebasan mimbar ide dan membersamainya untuk terbang.
Maka, dengan menulis, ketegangan  berskala dahsyatnya bom Atom itu akan berubah menjadi mawar penawar hati. Ruhnya bisa merawat kewarasan ide, menaikkan derajat berpikir. Maka, ini tanggung jawab mulia yang mesti dilakukan bersama. Menulis untuk menciptakan keharmonisan. Sebab itulah, harus punya sensitivitas yaitu perasaan responsibility of literacy.
#TerimaKasihDPMF-FISIP-Unpatti
#flpMaluku
#kompasianaAmbon
#Agustus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal 2

 

Melasti dan kem (Bali) ke Kuta

Bersama rinduku walau kita jauh, kasih Suatu saat di Kuta Bali (Andre Hehanusa) Penggalan lagu mantan band Katara Singers tersebut sangat memukau. Semukau pesona yang ada di pantai Kutanya. Namun ada sesuatu yang membuat indah Bali selain pantainya, yaitu budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Bali sangat melekatkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari.  Sejak turun dari pesawat, nuansa keBalian telah menyambut kita. Para porter bandara menyapa ramah dengan balutan pakaian safari berwarna merah dengan udeng kepalanya. Hal yang paling sakral yang saya dengar juga bahwa di Bali, tinggi gedung tidak boleh melebihi tingginya Pura. Bukan masalah mitos, bahkan jembatan penghubung Jawa-Bali tidak bisa disetujui lantaran karena hal tersebut. Khazanah yang sama, saya temukan di Kuta juga yaitu Melasti. Upacara pensucian diri ini sangat menarik simpati pengunjung termasuk saya. Itulah daya pikat Bali selain gadis-gadisnya yang anggun layaknya gadis solo.  Prose...

soal 1