Langsung ke konten utama

Purnama dan Kematian

Begitu rupawan purnama yang duduk di beranda awan-awan. Indah dipandang oleh siapa yang sedang jatuh cinta. Kebencian seketika tertawan dalam sel rindu.

Sedangkan kematian ialah sebuah keterpanggilan. Siapa saja, tak bisa berlari jauh. Kematian itu  "terkubur". Dan kitalah penghuni diantara sempitnya tanah berjiku-jiku, dan potongan-potongan papan.

Sudahkah kita bertanya, kapan terakhir kali kita bercengkrama dengan purnama, dan uapan wewangian kemenyaan?

Purnama dan kematian, tak pernah kita bertanya mengapa purnama itu hanya muncul di malam hari? Kenapa setiap insan terlibat dalam kematian?

Purnama sebuah keindahan. Semua orang menyukainya. Tak salahkah, kita mendambakan kematian seperti purnama malam ini?

Tak perlu sedu sedan. Purnama hanya  datang di tanggal 15 hari kalender. Tunggu saja.

Tak demikian dengan kematian.

Sesungguhnya, kita akan bertemu denganNya. Tunggu saja!

Ambon, 15 Shafar 1440 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal 2

 

Melasti dan kem (Bali) ke Kuta

Bersama rinduku walau kita jauh, kasih Suatu saat di Kuta Bali (Andre Hehanusa) Penggalan lagu mantan band Katara Singers tersebut sangat memukau. Semukau pesona yang ada di pantai Kutanya. Namun ada sesuatu yang membuat indah Bali selain pantainya, yaitu budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Bali sangat melekatkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari.  Sejak turun dari pesawat, nuansa keBalian telah menyambut kita. Para porter bandara menyapa ramah dengan balutan pakaian safari berwarna merah dengan udeng kepalanya. Hal yang paling sakral yang saya dengar juga bahwa di Bali, tinggi gedung tidak boleh melebihi tingginya Pura. Bukan masalah mitos, bahkan jembatan penghubung Jawa-Bali tidak bisa disetujui lantaran karena hal tersebut. Khazanah yang sama, saya temukan di Kuta juga yaitu Melasti. Upacara pensucian diri ini sangat menarik simpati pengunjung termasuk saya. Itulah daya pikat Bali selain gadis-gadisnya yang anggun layaknya gadis solo.  Prose...

soal 1