Langsung ke konten utama

Pembelajaran (no) Normal

Saya sangat setuju dengan pembelajaran daring, sebab sudah masuk eranya.
Lagian siapa juga, yang ingin dikatakan old or gaptek. Dunia telah canggih men! 
Saat pertama kali daring berlari kencang, sabuk-sabuk kelelahan putus sendiri. Orang-orang jadi linglung, ada juga ditikung sebab tidak punya modal smartphone. Data sejuta apa peduli, asal bisa video call and zoom.
Muncullah orde aplikasi. Ya. Ini rezim aplikasi, semua gratis ada waktunya. Tak ada makan siang free. Dari zaman BBM hingga teams ya ceritanya begitu jua. 
Di saat yang sama, semangat yang tadinya bergelora, pelan-pelan redup. Apinya tak lagi menyala cerah. 
Saku-saku menipis kena kanker (kantong kering) seiring dengan lakunya pembatasan di semua arena kehidupan. 
Sebuah ilustrasi fakta, orang tua telepon mengeluh kesah, katanya anaknya tiga di rumah, semua bakalai (rebutan) satu ponsel pintar, untuk melakukan pembelajaran daring yang super canggih. Akhirnya seisi rumah kayak kapal pecah ruangannya. Ini bukan hiperbol.
Kita bisa menyimpulkan walau tanpa metode penelitian, bahwa daring masa no normal sedang tidak baik-baik saja. 
Ia memang sudah saatnya datang. Bukankah ini semua mimpi kita untuk menjadi singa dunia?
Tetapi ia datang saat malam sedang gelap. Saat orang tengah tertidur lelap. Ia masuk, dan duduk di kursi ruang tamu tanpa permisi. Saat tidak sigap, hilanglah kepadatan optimisme, yang tadinya telah terbang jauh. 
Siapa yang salah? Corona? No. 

Masohi, 4 Agustus 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melasti dan kem (Bali) ke Kuta

Bersama rinduku walau kita jauh, kasih Suatu saat di Kuta Bali (Andre Hehanusa) Penggalan lagu mantan band Katara Singers tersebut sangat memukau. Semukau pesona yang ada di pantai Kutanya. Namun ada sesuatu yang membuat indah Bali selain pantainya, yaitu budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Bali sangat melekatkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari.  Sejak turun dari pesawat, nuansa keBalian telah menyambut kita. Para porter bandara menyapa ramah dengan balutan pakaian safari berwarna merah dengan udeng kepalanya. Hal yang paling sakral yang saya dengar juga bahwa di Bali, tinggi gedung tidak boleh melebihi tingginya Pura. Bukan masalah mitos, bahkan jembatan penghubung Jawa-Bali tidak bisa disetujui lantaran karena hal tersebut. Khazanah yang sama, saya temukan di Kuta juga yaitu Melasti. Upacara pensucian diri ini sangat menarik simpati pengunjung termasuk saya. Itulah daya pikat Bali selain gadis-gadisnya yang anggun layaknya gadis solo.  Prose...

soal 2

 

soal 1