Langsung ke konten utama

Pukul Hujan

Pukul hujan,
Hingga airnya babale,
Babale pake gata-gata,
Gata-gata par kasi ilang gatal-gatal di badan jalan.

Kutu-kutu aspal,
Mati dipelurui airnya,
Satu demi satu tersayat,
Di bawa kerikil dan tanah timbunan.

Lima lima empat jam perdetik, hujan meniduri aspal,
Kerongkongan mendesau,
Teropong dapur tak bisa hidupkan kayu bakar,
Karena, hujan talalu bapukul.

Pukul hujan,
Pelan-pelan saja,
Jang pake gata-gata,
Pake saja sajak.

Ambon,  28 Juni 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal 2

 

Melasti dan kem (Bali) ke Kuta

Bersama rinduku walau kita jauh, kasih Suatu saat di Kuta Bali (Andre Hehanusa) Penggalan lagu mantan band Katara Singers tersebut sangat memukau. Semukau pesona yang ada di pantai Kutanya. Namun ada sesuatu yang membuat indah Bali selain pantainya, yaitu budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Bali sangat melekatkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari.  Sejak turun dari pesawat, nuansa keBalian telah menyambut kita. Para porter bandara menyapa ramah dengan balutan pakaian safari berwarna merah dengan udeng kepalanya. Hal yang paling sakral yang saya dengar juga bahwa di Bali, tinggi gedung tidak boleh melebihi tingginya Pura. Bukan masalah mitos, bahkan jembatan penghubung Jawa-Bali tidak bisa disetujui lantaran karena hal tersebut. Khazanah yang sama, saya temukan di Kuta juga yaitu Melasti. Upacara pensucian diri ini sangat menarik simpati pengunjung termasuk saya. Itulah daya pikat Bali selain gadis-gadisnya yang anggun layaknya gadis solo.  Prose...

soal 1