Langsung ke konten utama

Carita Hidop dari Bapa Abu

iyoi pa'a ata yane pa'a iya, hidup seperti budak, tapi makan kita seperti makanan raja (BA) Seperti cerita saya pada bagian pertama pada beranda FB saya. Cerita ini kelanjutannya. Saya perlu mengakui, masyarakat Siri Sori Islam sangat welcome dengan turis seperti saya. Wkwkwkw. Bukan saya saja yach, tetapi semua pengunjung yang datang ke sana. Di kampung ini ada yang unik, adanya semacam homestay kayak di Banda atau Bukit Purba Yogya, membuat para pengunjung tidak perlu khawatir untuk berteduh lelahnya. Harga homestay sangat terjangkau kantong para pelancong atau traveller yang mau ke sana. Homestay tepat berada di bibir pantainya. Kita akan disuguhi sunrise dan sunsite yang eksotik dari balik pegunungan Sanirinya. Apalagi ketika pulang ada buah tangan kepada keluarga di rumah yaitu sagu tumbunya. Padahal SSI bukan daerah pariwisata. Tetapi semangat kewirausahaan ini perlu diapresiasi. Saya kebetulan nginap di homestay milik Bapa Abu Sahupala, dan Mama Musia Toisuta. Keramahan kedua orang tua saya ini mengingatkan saya dengan kasih sayang orang tua kandung. Saya tidak merasa kesepian di rumah ini. Sepasang suami—istri itu sudah seperti orang tua. Setiap jam menanyakan keadaan saya,” Pak, su makang ka balom?.” Kalau malamnya, saya kadang tertawa terkekeh dengan canda Mama Munsia dan Bapa Abu. Bapa Abu suka dengan musik klasik tempo dulu. Berbekal ponsel androidnya beliau sambungkan ke salon kecil milik beliau. Setiap malam sambil menikmati angin laut Seram, beliau duduk sambil ngopi mendengarkan lagu—lagu favorit beliau. Saya hanya terpana. Dalam hati berkata,” Walau usia sudah tua, tapi masih kayak anak muda.” Perkacakapan hati saya terjawab di pagi hari oleh beliau,” Kalo hidup ini, jang talalu bapikir waktu. Hidup ini jalani saja. ” Banyak carita batubadaong yang saya peroleh. Perlu diketahui juga, Mama Musia ini adalah perajin sagu tumbu. Sedangkan Bapa Abu adalah seorang guru honorer yang telah 20 tahun lebih mengabdi dengan usia yang sudah senja. Di akhir bacarita dengan beliau, beliau ungkapkan satu ungkapan berupa nasehat asal SSI yaitu itawulo se wa alo udunno, isupulo se wa alo aynno (Katong taru di kapala air, katong akan terima di kaki air, bermakna bila kita berbuat baik, pasti dapat baik)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melasti dan kem (Bali) ke Kuta

Bersama rinduku walau kita jauh, kasih Suatu saat di Kuta Bali (Andre Hehanusa) Penggalan lagu mantan band Katara Singers tersebut sangat memukau. Semukau pesona yang ada di pantai Kutanya. Namun ada sesuatu yang membuat indah Bali selain pantainya, yaitu budaya dan adat istiadatnya. Masyarakat Bali sangat melekatkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari.  Sejak turun dari pesawat, nuansa keBalian telah menyambut kita. Para porter bandara menyapa ramah dengan balutan pakaian safari berwarna merah dengan udeng kepalanya. Hal yang paling sakral yang saya dengar juga bahwa di Bali, tinggi gedung tidak boleh melebihi tingginya Pura. Bukan masalah mitos, bahkan jembatan penghubung Jawa-Bali tidak bisa disetujui lantaran karena hal tersebut. Khazanah yang sama, saya temukan di Kuta juga yaitu Melasti. Upacara pensucian diri ini sangat menarik simpati pengunjung termasuk saya. Itulah daya pikat Bali selain gadis-gadisnya yang anggun layaknya gadis solo.  Prose...

soal 2

 

soal 1