Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Mausu Ane

Dari Pintu Kota, Lidah ombak membuat karpet merah ke puncak Murkelle, Walau, nafas teresak-esak, tapi ini perintah hati, kapitan kemanusiaan bergemuruh ke Seram. Tanah Alifuru bernyanyi dengan airmata, Para Rusa sudah pintar mematahkan tombak-tombak bapa, Kasbi, Patatas, Sagu telah berselingkuhan dengan hama. Di kota, benalu-benalu oportunis Duduk sambil menikmati hutan-hutan dikuliti dari layar tipi-tipi, Akrobat mereka, asal lambung kenyang, duit masuk bank. Katanya, negeri ini kaya hayati, Terbahagia walaupun miskin, Pertanyaannya, siapa yang bahagia? Siapa pula yang miskin? Inikah data dari kuburan Binaya? Atau dari liang lahat Lautan Banda? Diam, diam, sekali berdiam, Tragedi nol busung lapar, Jadi tranding topik nusantara, Murkelle dibiarkan mati dengan kutukan kelaparan, masuk akalkah? Lalu, Mause Ane dibiarkan tatusu sendiri, Darah kesendirian terpencar pada batu-batu goa dan tebing-tebing gunung, Atau mau melupakan mereka basah kuyup di bawah pohon Api-api ...

Lara

Lara, Mau kemana kau? Taring gelombang terlalu kuat mematahkan karang, Dua windu rindu berdiaspora dalam pagar kawat berduri, Pinus-pinus kota telah kering di atas, mengumpul dan menjadi kayu bakar. Lara, Hendak pergikah engkau? Jalan-jalan tak lagi dicahayai pelita, Roda gila , orang tak waras menyapih-nyapih syair dalam kerumunan, Jangan engkau ke situ, nanti kau terkubur dalam kewasa-wasan. Lara, Jangan pula kau tumpahkan airmata lautmu, aku gunung takkan kuat menahan. Ambon, 14 Agustus 2018

MUDA

Muda-mudi, Mudah mengemudi, Di mana-saja jangan perlu dipuji, Apalagi sok-sok-an menanam budi. Muda-mudi, Bersatulah bagai lidi, Gotong royong menanam Padi, Untuk sematkan negeri asri bestari. Muda, Penuh hati-hati menyalin jati diri, Mengenali setia kawan tanpa friksi, Mewujudkan persahabatan hakiki. Muda itu mudah kini, Selalu belajar itu ini, Berkarya tak sekedar meminta apresiasi, Apalagi menuntut amunisi. Sebab, Muda itu harus dijiwai dengan piawai, Sebab, Muda itu bekerja tanpa pawai-pawai, Sebab, Muda itu KITA. Ambon, 14 Juli 2018

Sudahkah kita Berjalan pada RelNya?

Sahabat, Sudahkah kita berjalan di atas r elnya, Atau kita telah merasa sudah berjalan sangat jauh, Tanpa memperhatikan kebisingan mesin serta patahan-patahan besinya? Ataukah kita selalu menutup telinga dari suara-suara sirene yang dibunyikan manakala kereta mau jalan dari stasiun? Sahabat, sudahkah kita berjalan di relNya dalam keadaan bebas? Tanpa khawatir kita akan hilang dari daftar penumpang? Ataukah kita merasa sudah kuat, perlu sendiri saja untuk masuk ke SurgaNya? Ah... Boleh saja. Tapi, tahukah? Mereka yang belum bisa baca "alif", "ba", "ta", "tsa" dalam peleburan kehidupan, apakah kelak mereka tak meminta pertanggungjawabanmu? Maka, tiada lain, kecuali mengikat kembali komitmen. Sahabat, jangan kau lepaskan anak panah dari busurmu dalam kegelapan. Nanti mata akan kalap, tenaga tertilap, jantung tertusuk tertancap. Batin menjadi tahanan dalam sel pesakitan, sebab penyesalan sudah terlanjur diakui. Sahabat, ini hutang kita. Huta...

Pe-rasaan

Jangan biarkan pe-rasaan bersembunyi di balik tudungmu, Sudah sedasawarsa rasa berdemontrasi dengan firasat, membetulkan angka-angka abstraknya, Jangan biarkan rasa bekerja sendiri mencari muaranya, boleh jadi ianya tertanam ditelan kelelahan, dan terkubur dalam pualamnya. Jangan eksoduskan rasa menjadi intuisi semu. Apalagi mengkristalisasi isyaratnya tanpa tanda. Akhirnya rasa hanya menjadi simbol, tanda konkritnya dihempaskan pada samudra pasir. Jangan bawa rasa dalam kekuasaan. Rasa tak perlu rasionalisasi kuadrat. Rasa bisa menjadi maut. Membawa kematian atas faal-faalnya. Sudah jua pelafalan tone yang dimusik-alih-rasa. Ambon, 9 Juli 2018

Refleksi Jiwa Atas Ekspresi Pilkada Maluku

Sebelum ada multitafsir. Saya luruskan konteks wacana ini. Konteksnya tentang pilkada Maluku. Bisa ya. Agar tidak ada ide streaming berkembang dan ada pembatasan masalah. Kita tau bersama, huru-hara pilkada Maluku kelihatan sangat dramatis. Prolognya dulu menggebu dengan ide  "kotak kosong". Hembusan kuatnya ialah Maluku Baru, Gubernur Baru. Namun, petanya berubah seiring tak mau kalahnya incumbent dalam mengadu gagasannya. Alhasil, triple 6, kode koalisi incumbent (Golkar, PKS, Demokrat) melawan aliansi Banteng dkk. Dua kubu penguasa eksekutif (Beringin) dan legislatif (Moncong Putih) ini saling mempengaruhi opini publik. Belum sampai disitu, mesin demokrasi Maluku terus memanas, seiring masuknya koalisi rakyat yang dimotori oleh tim independen (HEBAT) Aksi Tenggara-Seram ini mendapat sambutan hangat karena mereka berdua adalah pemain lama dan bisa menjadi kuda hitam. Epilognya, terbentuklah tiga kandidat yang berperang saat 27 Juni lalu. Ya. Telah berlalu. Kini, kita ak...

Suatu Saat Di Sunday

Hari itu, kanvas cakrawala berdetup, Membuka pagi dengan semburan merah saganya, Perahu-perahu nelayan berarak-arak masuk ke gelombang, Ombak beningnya menenggelamkan keringat, Dari jauh, tepukan baling-baling melambaikan tangan kepada pantai yang ditinggalkan, Wahai pasir, karang-karang, mangge-mangge bantu doakan. Hiburlah tasi dan kail-kail dengan dengunan syair Malahayati. Sekirannya suara tak retak, aku akan bernyanyi diiringi palung laut serta lelamu nae-nae badang, Menarikan ikan-ikan paranga yang telah pergi jauh. Tapi, cuaca tak lagi menggembirakan, Hujan telah membakar ombak, Ujung-ujung ombak berubah menjadi mata pisau, Tipis tajam menguburkan papan-papan perahu, aku baru sadar, ternyata yang pulang ialah kafan putih bapakku. O...restu Allah, segalanya. Ini Sunday, tak ada lagi uang beli Nasi Kuning di Mama Imam. aku onggokan lilin lepuh yang terasir dalam bayangan bunga Bakung. Ambon,  08 Juli 2018

Polisi dan Kemanusiaan

Dunia kepolisian akhir-akhir ini mendapat sorotan tajam. Masuknya beberapa para jenderal dari institusi ini dalam gelanggang politik nasional bahkan daerah menimbulkan polemik.  Sebut saja kasus pelantikan Plt. gubernur Jawa Barat, M. Iriawan. Bahkan di Maluku sendiri, sempat terjadi insiden pemecatan Wakapoldanya akibat ikut berkampanye guna memenangkan kandidat yang berasal juga dari kepolisiaan. Belum lagi, deretan kasus pemberantasan korupsi, terorisme, hegemoni kekuasaan, trading in influence. Terpaan badai tersebut sedikit membuat publik tak lagi mempercayai kredibilitas, konsistensi, netralitas aparat pengayom negara ini. Sebagai warga negara tentu, kita menaruh harapan kepada lembaga yang berdiri setahun setelah kemerdekaan, 1 Juli 1946. Yah. Menilik permasalahan di atas, kita juga harus bisa menempatkan diri sebagai pemberi masukan yang konstruktif. Agar ada balance yang bernilai bukan saling memojokkan. Akhirnya, saling curiga dan menyandera dengan insting "merusaki....

Sosok Dibalik Kemenangan Perancis Atas Argentina

Pasca digelar pesta piala dunia 14 Juni lalu, sepak bola menjadi Tuhan 90 menit bagi para fans di seluruh dunia. Perhelatan empat tahun ini, dalam tulisan awal saya, saya mengambil topik Indonesia dalam kepungan "kolonialisasi"  piala dunia. Trend sepak bola tentu tak bisa dilepaspisahkan dari pemain, pelatih dan penonton. Banyak yang harap-harap cemas. Frase pulang kampung juga menjadi poster lisan yang banyak didengar. Tentu, sungguhan sepak bola akan terasa masuk ke jiwa lalu mempengaruhi pikiran akan tampak bilamana kita menyaksikannya keseluruhan play offnya  tanpa meninggalkan jeda menitnya. Tak kebetulan, 32 negara peserta piala dunia, tak begitu banyak memberiku pilihan untuk memilih antara satu. Sebab, bagiku, sepak bola bukan soal nama, melainkan peran. Itulah kiranya yang kuambil inti sarinya malam ini, pertandingan antara Argentina dan Perancis malam tadi yang berakhir skor 4-3 ( Perancis-Argentina) Secara di atas kertas, prediksi kemenangan dewi fortuna ada p...